Sekilas Asal Usul Marga Way Sindi
Mengacu pada sejarah, Marga Way Sindi tidak memiliki hubungan dengan Paksi pak Skala bekhak, hanya saja keduanya berada dalam suatu wilayah. Pun Panji berpendapat bahwa mengacu pada pola-pola peradaban, di mana air dan tanah menjadi sumber penghidupan peradaban-peradaban besar, sangat mungkin awal mula peradaban di Lampung di mulai dari Pesisir.
Atas asumsi tersebut, Pun Panji ( Panji Perdana, S.H gelar Suntan Simbangan Ratu, Sai Batin Marga Way Sindi) bahwa Marganya lebih dulu ada di Lampung dari pada Paksi pak Skala bekhak yang ada di pegunungan. Menurutnya pengaruh luar (misalnya dari Gujarat dan Cina) akan lebih dulu masuk melalui pesisir sebelum ke pegunungan. Artinya, sangat mungkin awal mula kerajaan di Lampung dimulai dari pesisir.
Marga Way Sindi berasal dari Pagaruyung dan kerajaan Sriwijaya Pun Panji Sai Batin Marga Way Sindi menerangkan asal muasal Marga Way Sindi sebagai berikut. Berawal dari kisah Suttan Temandang berkelana mampir di kerajaan Sriwijaya, beliau awalnya sebagai prajurit namun memiliki kelebihan dibanding prajurit yang lain Ketika beliau tidur mendengkur mengeluarkan api maka gegerlah kerajaan mencari siapa orang itu dan dari mana orang itu berasal.
Dan ternyata orang itu adalah Suttan Temandang yang berasal dari Pagaruyung, lambat laun beliau menikah dengan salah satu kerabat kerajaan Bernama Dayang Putri, dari pernikahan tersebut memiliki keturunan yang pertama Bernama Dayang Lumaya dan kedua Bernama Batin Katung.
Ketika keluar dari Kerajaan Sriwijaya menyusuri Sungai Komering sampai rombongan di Danau Ranau lumbok seminung. Dayang Putri Meninggal. Seluruh pasukan dan batin katung mulai bercocok tanam di lumbok. Karena kurang cocok mereka mencari perkampungan kemudian timbul keributan perang yang dipimping raja Mahdum.
Lalu perjalanan dilanjutkan ke tampak siring daerah sukau kemudian berperang dengan suku Tumi. Batin Katung meninggal dan dimakamkan di Tampak Siring.
Rombongan lalu pindah ke ulok langgakh. Ketika sedang beristirahat mereka melihat segumpal asap sepertinya ada perkampungan di bawah sedang ada penayuhan. Lalu Hulu balang memerintahkan untuk melihat ada kehidupan apa dibawah sana.
Ternyata ada suatu kerajaan, akhirnya dengan suatu pertempuran kerajaan itu menyerahkan diri dan bergabung. Kerajaan itu Bernama kunyaian. Dahulu belum ada Namanya marga hanya ada pengampungan.
Akhirnya terjadi mupakan antar pengampungan untuk memberi nama suatu tempat itu, maka diadakan ikhau. Ikhau yaitu sidang adat untuk memberi nama tempat dengan pengorbanan disembelihnya seorang gadis cantik Bernama Sindi dihulu way hanuan. Maka disebut Marga Way Sindi.
Sumber ( Akun Facebook Abdulah Ali)
Leave a Reply